Well~ ini dia FF keduaku. Happy Reading.. Jangan lupa komen setelah baca ya..
Author :
Santika
Cast : Han
San Yi, Kim Jong Woon, other casts.
Length : Medium
Shoot???
“San. Sunshine..”
Kata Hong Sa Ra yang satu ini mengingatkan San Yi
tentang sesuatu. Sesuatu yang telah ia kubur semenjak dirinya memutuskan untuk
melanjutkan studi di KAIST. San Yi terdiam begitu mendengar kata ini. Kata yang
dulu sering diucapkan oleh seorang namja kepadanya. Namja yang ia kenal sewaktu
high school, yang pernah mengisi lubuk hatinya. Bahkan sampai sekarang, saat
dia tidak bersamanya lagi, San Yi masih menempatkan namja itu di sana.
Gadis berambut panjang itu duduk di sebuah bangku
panjang, bangku yang telah menemani selama 6 bulan ini di apartemennya. Gadis
itu bernama Han San Yi. San Yi sedang menulis sebuah buku harian barunya yang
dia dapat 2 hari yang lalu. Sesekali San Yi terdiam memikirkan sesuatu.
Flashback
Dari : Jong Woon oppa
Can’t
I say that you’re my sunshine?
San
Yi mengerutkan keningnya saat membaca pesan dari Jong Woon. Dan tak lama
setelahnya, San Yi tertawa terbahak – bahak dan segera membalas pesan tersebut.
Untuk : Jong Woon oppa
Hahaha..
Ya, Jong Woon oppa, apa kau sedang mengigau? Kau mau menjadikan aku sebagai
sunshine-mu? Oppa, ireona… Aku sama sekali tidak mirip dengan matahari.. Hahaha
:D
Jong
Woon telah mencoba untuk mendekati San Yi sejak lama, tapi, San Yi yang polos
benar – benar tidak tahu bahwa namja satu itu berusaha mendekatinya. Awalnya
San Yi malah menganggap Jong Woon sebagai sahabat sekaligus oppanya. Hingga
suatu ketika saat di International Food Festival, sebuah festival makanan
internasional yang menyajikan bermacam – macam makanan khas dari seluruh
penjuru dunia yang pada saat itu diadakan di Busan. San Yi yang tergila – gila dengan
berbagai makanan unik dari beberapa negara tersebut langsung meminta Jong Woon
untuk menemaninya ke festival itu.
“Oppa,
besok ada Internasional Food Festival di Busan. Kau mau ke sana apa tidak? Hum?”
San Yi bertanya kepada Jong Woon ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang
dari rumah Seon Ji.
“Wae?
Kau mau ke sana?” Jong Woon balik bertanya kepada San Yi.
“Tentu
saja. Kenapa kau masih tanya? Bukankah dari dulu kau tahu kalau aku ini pecinta
makanan? Eottae? Kau ikut pergi apa tidak?” Jawab San Yi dengan sedikit
bercanda.
Meski
San Yi tahu Jong Woon mungkin akan melakukan apa saja untuknya tanpa dia
memintanya, tapi dia merasa tidak enak dengan Jong Woon yang akhir – akhir ini begitu
baik kepada San Yi. Jong Woon selalu ada untuk memberikan tumpangan kepada San
Yi ketika ada urusan sekolah. Jong Woon jadi sering mentraktir San Yi makan.
Setahu San Yi, dulu Jong Woon tidak begitu kepadanya. Bahkan dulu San Yi
menganggap Jong Woon sebagai namja menyebalkan yang bukan main blagunya.
“Geurae.
Aku akan pergi bersamamu, Sunshine. Aku akan menemanimu ke Busan.” Jawab Jong
Woon sembari tersenyum kepada San Yi.
“Benarkah?
Kau tidak apa jika menemaniku ke Busan? Apakah kau besok sedang free?” Tanya
San Yi.
“Tentu
saja tidak. Sebenarnya aku masih ada tugas untuk dilakukan,..” Jong Woon
sengaja tidak segera menyelesaikan kalimatnya.
“Jeongmalyo?
Geurae. Kalau begitu, selesaikan tugas oppa dulu saja. Aku bisa pergi sendiri
kok. Lagipula aku juga sudah tahu lokasinya. Okay?”
“Sun,
aku belum menyelesaikan kalimatku. Tugas apa coba?” Tukas Jong Woon yang
berhasil membuat wajah penasaran San Yi muncul.
“Molla..
Bagaimana aku bisa tahu? Itu kan tugasmu. Memangnya tugas apa sih?”
“Rahasia..
Weee..”
Selepas
mengatakan itu Jong Woon bergegas lari menghindari San Yi sambil menjulurkan
lidahnya kearah San Yi, karena dia tahu kalau San Yi mungkin akan memukulnya.
Tapi ternyata Jong Woon salah. San Yi tetap diam di tempatnya, dan hanya
melotot kearah Jong Woon.
At
International Food Festival.
San
Yi langsung mendongak ketika dia merasakan ada yang menggenggam tangannya. Dia
menatap Jong Woon dengan ekspresi penuh tanya seakan dia baru bertemu soal
fisika yang menyesatkan.
“Biar
nggak hilang.” Kata Jong Woon ketika mendapat ekspresi tanda tanya dari San Yi.
“Tuhkan
ngejek San Yi lagi. Oppa, ini di Busan. Sekalipun aku tinggal di distrik lain,
tapi kalaupun hilang, aku pasti tau lah jalan pulang. Aish, jinja, kau benar –
benar lucu, Oppa.” San Yi sedikit tertawa mengatakannya, tapi ia tidak
melepaskan tanganya dari Jong Woon, karena sejujurnya San Yi juga takut jika
harus berkeliaran di Busan sendirian, apalagi saat ramai seperti ini.
Setelah
beberapa bulan mendapatkan perlakuan yang seperti itu dari Jong Woon, akhirnya
hati San Yi pun luluh. San Yi sudah mulai bisa menerima Jong Woon lebih dari
sekadar sahabat atau pun oppanya. Dan perlahan, perasaan San Yi kepada Jong
Woon semakin dalam. Tapi bukan hidup namanya kalau keadaan ini berlangsung
terus tanpa halangan. Hingga suatu ketika tibalah saat pengumuman kelulusan.
Dari : Jong Woon oppa
Kau
lulus dengan nilai AB.
Sebuah
pesan singkat dari Jong Woon membangunkan San Yi dari tidurnya. Tanpa berkata apa
– apa lagi, San Yi langsung membalas pesan itu.
Untuk : Jong Woon oppa.
Syukurlah.
Bagaimana denganmu, Oppa?
Jawaban
dari Jong Woon benar – benar mengagetkan San Yi. Jong Woon lulus, tapi dengan
nilai B. Itu berarti di bawah nilainya. San Yi benar – benar heran dan merasa
terpukul. Bagaimana ini bisa terjadi? Menurutnya, Jong Woon adalah namja yang
pandai, juga rajin. Tapi entah kenapa, kiranya keberuntungan lebih memihak
kepada San Yi. Dan ternyata hal seperti itu tak hanya berhenti sampai di sini.
Saat tes perguruan tinggi pun, San Yi bisa dikatakan lagi – lagi beruntung. Dia
diterima di salah satu perguruan tinggi ternama di Korea Selatan yang juga
merupakan perguruan tinggi pilihan Jong Woon. Tapi Jong Woon masih belum
beruntung. Kala itu, tak hanya Jong Woon yang kecewa, orang tua Jong Woon pun
ikut kecewa, dan San Yi merasa terpukul dan bersalah kepada Jong Woon.
Setelah
peristiwa itu, hubungan San Yi dan Jong Woon semakin merenggang.San Yi berkali –
kali menghubungi Jong Woon tetapi tidak mendapat balasan seperti yang
diinginkannya. Jong Woon juga pernah mengatakan perihal masalahnya tentang studinya,
dan kaitannya dengan Mr. dan Mrs. Kim. San Yi merasa tidak enak. Dia merasa
bersalah. San Yi takut kalau penyebab kemunduran Jong Woon adalah dirinya.
Sebagai yeoja Jong Woon, San Yi bisa saja menyita waktu Jong Woon. Tapi San Yi
juga berpikir, bukankah Jong Woon seharusnya memberitahunya jika itu yang
terjadi? Selama bersama Jong Woon, San Yi jadi lebih bersemangat menghadapi
tanggungan studinya. Bahkan San Yi pernah mengalahkan juara bertahan di
sekolahnya, dan itu terjadi saat ia bersama Jong Woon. San Yi, apakah Jong Woon
tidak melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan San Yi, yaitu selalu
menjadikan Jong Woon sebagai semangat hidupnya? Dan berbagai pikiran buruk
melintas dan singgah di benak San Yi.
Suatu
ketika, di suatu hari dalam bulan liburan. Hal yang tidak diinginkan pun
terjadi. Jong Woon mengeposkan sesuatu di twitternya. San Yi yang sangat ingin
tahu, langsung melihatnya, dan San Yi sedih karena ternyata Jong Woon sedang
bersedih hati. Tak mau menunggu lama, San Yi langsung menghubungi Jong Woon.
San Yi bertanya tentang keadaan Jong Woon.
“Yeoboseyo.”
“Yeoboseyo,
Oppa. Neon gwaenchanayo?” San Yi bertanya dengan sedikit takut – takut. Takut
jika semua kemungkinan yang dia pikirkan selama ini adalah benar.
“Ne.
Gwaenchana.” Jawaban singkat dari seberang sana.
“Hmm
geurae, Oppa. Keep fighting. Annyeong.”
San
Yi belum begitu tenang mendengar jawaban dari Jong Woon. Entah mengapa
perasaannya terus menerus mengatakan bahwa sesuatu terjadi. Ini tidak seperti
biasanya, batinnya. Lalu San Yi mengirim pesan kepada Jong Woon.
Untuk : Jong Woon oppa.
Oppa,
neon jeongmal gwaenchanayo?
San
Yi mengulangi pesannya beberapa kali karena tidak ada jawaban dari Jong Woon,
hingga pada akhirnya, masuklah sebuah pesan yang membuat air mata San Yi
perlahan menetes.
Dari : Jong Woon oppa.
Sebenarnya
San Yi-ah, aku sangat bingung bagaimana mengatakannya kepadamu. Bagaimana kalau
hubungan kita dicukupkan sampai di sini saja? Aku masih ingin focus ke studiku.
Mianhae. Aku tahu ini tidak menyenangkan untukmu, tapi aku juga ingin kamu
mengerti tentang keadaanku.
Beberapa
kali San Yi mengulangi membaca pesan itu. San Yi berpikir mungkin saja dia
salah membaca.
“Aniyo.
Aku mungkin salah baca. Aniyo.”
Setelah
mengulangi dan mencoba mencari kalau saja ada yang salah dengan pesan itu. Tapi
tak ada yang salah dengan pesan itu. Dan San Yi hanya bisa terisak, tanpa mampu
membalas pesan dari Jong Woon.
Flashback
end.
Tanpa terasa, sebutir air mata telah membasahi buku
harian San Yi. San Yi tersadar dari lamunannya, dan langsung menyeka pipinya
yang telah basah.
“Sudahlah, San Yi-ah. Semua telah berlalu. Sangat
kecil kemungkinannya dia akan kembali padamu. Kalau pun dia kembali, apakah kau
mau bersama dengannya lagi?” Pikir San Yi.
“Geurae. Itu hampir tidak mungkin San Yi-ah.” San Yi
berkata sambil tersenyum kepada dirinya sendiri.
Tapi hati berkata lain. San Yi tidak bisa menyangkal
bahwa dia masih meninggalkan hatinya kepada Jong Woon. Sembari menatap kerlip
bintang diluar sana, San Yi mengungkapkan perasaan terpendamnya selama ini.
“Neomu bogosipeosseo, Jong Woon oppa…”
-TBC-
Nah, begitulah FF Santika. Aku mau coba buat sequel nih. Emang rencananya mau aku bikin sequel - sequel gitu. Semoga nih kepala diberikan anugerah ide ya.. Okay, thanks for reading everyone.. ^^
keren :D i like it
BalasHapusmakasih teh, jangan lupa datang lagi ya ^^
Hapus